Jumat, 11 Maret 2011

Kepercayaan

oleh Montosori (Maret 2011)

Tanpa kepercayaan, Anda akan sendirian walaupun berhasil mencapai tujuan yang Anda inginkan. Tidak ada orang yang dapat Anda ajak untuk menikmati kemenangan Anda.
Brian Klemer (Penulis)

Tidak hanya dalam berbangsa, persoalan atau krisis kepercayaan sebetulnya sejak lama telah merambah jauh ke dalam kehidupan kita. Di kantor-kantor, misalnya, banyak pimpinan tak lagi percaya kepada bawahannya. Sang pimpinan merasa dipecundangi, tak didukung, dan bahkan menuduh anak buahnya mengadu domba dirinya. Sebaliknya juga demikian, bawahan tak percaya, atasannya akan memperjuangkan nasib mereka. Sang bawahan merasa akan selalu tertindas, dan yang akan dapat perhatian dari atasan, hanya orang-orang “tertentu” saja yang “dekat” dengan pimpinan. Sesama bawahan tak jarang juga saling curiga, dan saling menjatuhkan.
Di rumah, bapak tak percaya pada anaknya. Sebaliknya sang anak juga selalu memprotes bahwa bapaknya sibuk bekerja, hanya untuk menumpuk harta, bukan demi masa depan anak mereka. Sampai ke kamar tidur pun, persoalan kepercayaan itu juga terjadi. Suami langsung menodong istrinya dengan pertanyaan, ketika sang istri berdandan agak lain dari biasanya. Begitu pula sang istri, yang langsung menuduh suaminya berbuat “macam-macam” ketika suami lupa menelepon bahwa dia akan pulang terlambat.

Begitu sulitkah untuk percaya? Menurut Brian Klemer, mempercayai atau memberi kepercayaan memang memiliki risiko. Kita bisa disakiti dengan lebih pedih dan lebih cepat ketika kita mempercayai. Makanya tak heran ada yang mengatakan,”Saya tak akan percaya lagi pada siapapun!” Bila percaya, Kita akan kehilangan kendali. Ketika seorang pemimpin atau kita memberikan suatu tugas ke bawahan, maka yang akan mengambil keputusan adalah bawahan, bukan kita pimpinan.

Namun, mempercayai atau memberi kepercayaan ternyata jauh lebih menguntungkan. Pertama, kita akan mudah punya tim, yang secara bersinergi dapat menghasilkan seuatu yang lebih besar. Brian mencontohkan secara sederhana, seseorang bisa jadi dapat mengangkat beban seberat 24 kg dengan tangan kiri, dan 24 kg dengan tangan kanan. Tapi pada kenyataan sebetulnya dia dapat mengangkat beban mencapai 70 kg. Dari mana yang 22 kg? Itulah fenomena ilmiah yang disebut sinergi. Buah dari kepercayaan, dan saling mempercayai. 

Keuntungan kedua, kepercayaan akan membuat informasi berjalan sangat cepat, dan semua kegiatan bisa efisien. Sebab, tanpa kepercayaan, kita tak akan bisa membagi waktu, dan tugas. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu yang besar sendirian, namun tentu jauh akan lebih cepat dan efektif bila dilakukan oleh tim. Keuntungan ketiga, mempercayai orang, akan memberi perasaan senang, bersemangat, dan kegembiraan.

Walau begitu, Brian dalam bukunya ”Compassionate Samurai” tetap mengingatkan, bahwa kepercayaan itu persis seperti konstruksi gedung pencakar langit. Dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk menggambarkan cetak biru, dan berbulan-bulan untuk mengumpulkan orang-orang yang tepat guna melaksanakan pembangunannya.

Gedung itu mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun sejak awal perencanaan, hingga selesai dibangun. Tapi serangan yang tepat terhadap gedung itu dapat meruntuhkannya dalam waktu kurang dari satu jam. Pelanggaran kepercayaan dapat memberi dampak yang sangat kuat terhadap sebuah hubungan, hingga bisa menghancurkan hubungan tersebut dalam waktu singkat. Kepercayaan itu mesti diupayakan, dan tak jarang dengan usaha keras. Ia tidak terbangun sendirinya. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar